Wednesday, December 29, 2021

Sertifikasi PGS untuk Mendorong Pertanian Organik di Indonesia

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan pertanian organiknya.  Baik dari segi potensi lahan dan juga petani-petani organik yang telah banyak melakukan pertanian organik di desa-desa di Indonesia.  Hambatannya adalah petani organik terutama skala kecil tidak dapat memasarkan produknya ke pasar umum karena harus mendapatkan sertifikasi organik pihak ketiga yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).  Untuk mendapatkan sertifikat tersebut biayanya mahal dan sulit  bagi petani-petani kecil tersebut.  Oleh karenanya, skema Penjaminan atau sertifikasi alternatif seperti PGS (Participatory Guarantee System) perlu mendapatkan pengakuan dari pemerintah.  


HKI Tradisional diperdagangkan, Komunitas Adat dan Lokal Terpinggirkan

 Sekapur Sirih buat Pembaca

Sebagai sebuah hidangan pembuka yang akan mencoba membangkitkan  “sense of interest” untuk membaca lembar demi lembar dari buku ini, menjadi sebuah hal yang penting untuk disampaikan mengapa buku ini ditulis.

Menjawab pertanyaan tersebut, hal pertama yang hendak dikemukakan adalah bahwa saat ini kita tengah berada dalam suatu dunia dimana “dehumanisasi” telah mencapai suatu titik yang  mengkhawatirkan.  Kemajuan peradaban umat manusia dengan semakin berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi telah semakin mengarahkan bandul kehidupan ke arah kehancuran umat manusia itu sendiri. 

Kedua, telah terjadi “persekongkolan jahat” antar orang-orang yang memiliki modal finansial yang sungguh-sungguh sangat besar untuk menguasai dan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.  Persekongkolan jahat tersebut sangatlah rasional tetapi sangat jauh dari nilai-nilai humanisme.  Jika saya punya banyak uang kenapa harus perduli dengan yang tidak punya.  Tanpa pernah bertanya, apakah proses mendapatkan banyak uang itu dengan cara-cara yang benar dan tanpa mencoba memikirkan kenapa orang-orang itu tidak punya uang.  Mungkinkah, kita penyebab dari semua itu.

Ketiga, buku ini ditulis dengan maksud untuk mengajak kita semua untuk memikirkan kembali tentang tata hubungan sosial, terutama dalam dimensi kebijakan global (TRIPs WTO) yang menjadi satu pijakan dalam interaksi sosial, hukum, ekonomi dan politik antar umat manusia yang dampaknya jauh menerobos sampai ke kampung – kampung nun jauh di sana.

Keempat, buku ini adalah kumpulan pemikiran, gagasan dan gugatan serta aktivitas  dari berbagai orang dari berbagai tempat di Indonesia yang mencoba memikirkan kembali tentang dampak globalisasi yang mendapatkan legitimasi formalnya  melalui kesepakatan TRIPs WTO.

 

Bogor, 14 Desember 2003

 

Rasdi Wangsa

Koordinator Nasional JKTI

Note : Yang minat dengan edisi lengkap dari buku ini, silahkan email ke rasdiwangsa@gmail.com

Persiapan Festival Kearfian Tradisi Juaq Asa 4-5 Juni 2025

  Notulensi Pertemuan Persiapan Festival Juaq Asa Online Zoom, 12 Mei 2025 09.00 – 09.30 WIB   Peserta : 1.       Eddy Mangopo 2...