PLENO IV
Hari/tanggal :
Sabtu, 9 Agustus 2008
Waktu :
Pkl. 16.00 – 17.30 wib
Agenda :
Presentasi Laporan PertanggungJawaban Wilayah (Korwil)
Pemangku Sidang :
Novi
Peserta :
Affan (Bima Lestari Sejahtera, Mojokerto), Aminuddin
(individu/Korwil Jatim Bali,
tinggal di Malang), Sabaruddin (KSPLH),
Nuzul Azmi (Patasarlinkara, Malang), Lalu Pharmanegara (Majelis Krame Adat
Sasak-Mataram), Supia Kusmina (Yayasan Dian Tama-Pontianak), Anton Waspo
(Elsppat/JKTI Jabar DKI), Dwie (Elsppat/Panitia), Anas N. (WWF-Indonesia,
Putusibau, Kalbar), Didit Endro S.(Yayasan Celcius-Jepara).
Catatan Proses:
Novi:
Sesi kita mulai dengan presentasi Laporan
Pertanggungjawaban dari masing-masing Wilayah, kemudian Laporan Sekretariat
Nasional. Saat ini sudah hadir 2 Korwil
dari Jatim-Bali dan Kalbar. Oh ya Korwil dari Jabar DKI juga ada, saya lupa. Silahkan Waspo dimulai
Waspo:
Saya serahkan ke Pia karena yang paling jauh.
Presentasi LPJ
Korwil
1. Presentasi Korwil Kalbar (Supia) à lihat
presentasi power point
Pointers presentasi:
·
Visi & Misi JKTI
·
Isu Strategis:
- Penggalangan Gerakan JKTI Yang Terstruktur dan
Massif.
- Advokasi Kebijakan Haki Tradisional
- Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan
- Pengembangan dan Penguatan Ekonomi Lokal untuk
Menghilangkan Ketergantungan System Ekonomi Global.
·
Anggota JKTI Kalbar sampai 2008 ada 5 : Dian Tama, PRCFI,
Yayasan Tititan, WWF-Indonesia, dan Riak Bumi.
·
Kegiatan 2005-2008:
- Meeting Koordinasi Internal: 21 Pertemuan
- Meeting Koordinasi Nasional : 2 Kali
- Pembuatan Proposal : 2 Kali
- Pameran : 2 Kali (AMAN,HOB)
- Lain – Lain :
5. 1. Testimoni Masyarakat Adat di Jakarta.
5.
2. Pertemuan Asia – Afrika
- FGD : 2 Kali
·
Kegiatan
anggota yang beririsan dengan kegiatan JKTI:
- Riak Bumi: kegiatan
Madu Hutan (Pemetaan Wilayah Periau, Pelatihan Inspektor)
- Dian Tama: (1)
Penguatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan SDA; (2) Membangun Kerja
Bersama penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan Barat
bekerja sama dengan WWF. Prosesnya lewat: Pendampingan, Pengorganisasian, Pelatihan, FGD, Studi Banding
·
Pembelajaran
yang diperoleh:
-
Kurang
data dan bahan dari JKTI Kalbar untuk promosi misalnya saat pameran. Kecuali produk. Yang menonjol adalah promosi dari
lembaga anggota JKTI.
-
Dana untuk kegiatan JKTI sangat minim sekali
-
Pembuatan Proposal lebih baik dilakukan anggota jaringan
shg JKTI tidak menjadi saingan atau predator bagi lembaga di bawahnya
-
Anggota JKTI Kal-Bar kurang menguasai HAKI dan Isu-isu
yang Lain.
·
Kegiatan JKTI Kal-Bar 2008:
1.
Menunjang Bisnis Komunitas: Pembukaan outlet (tempat
pencarian dana, promosi produk)
2.
Iuran anggota, tidak jalan, pembuatan surat ke anggota
3.
Management fee: lembaga yg berada di bawah JKTI, berapa
share untuk JKTI
4.
Isu-isu:
§ REDD
(bagaimana sikap JKTI Kalbar),
§ kebijakan
(sawit, di Putusibau dan Kawasan sekeliling TNDS Danau Sentarum yang akan
dikonversi menjadi perkebunan sawit)
§
Sharing
Haki (data, pemilihan objek)
5.
Protokol
Komunikasi
6.
Sosialisasi/promosi
JKTI
·
Keuangan
(2004-2008):
Pemasukan JKTI Rp
8.694.700
Pengeluaran Rp
5.218.645
Saldo Rp
3.476.055
Terima kasih
Novi:
Silahkan kalau ada teman yang mau bertanya..
Pia:
Anas silahkan menambahkan kegiatan WWF yang beririsan
dengan JKTI
Anas:
Kegiatan yg kami lakukan:
1. Pengembangan
sawah tadah hujan untuk beras merah (bekerja sama dengan Dian Tama). Tujuannya untuk mengembangkan sawah intensif
dengan catatan tidak merusak tatanan yang ada.
Bentuknya pendampingan ke petani: teknisà
sekolah lapang dengan pendekatan PO, mengacu pada prinsip-prinsip ICS.
2. Pengembangan
produk kerajinan seperti Gelang, Tikar Rotan, Manik-manik
3. Membangun
jaringan petani karet (karet lokal) dimix dengan pendekatan yang dikembangkan
ICRAF yaitu: agroforest berbasis karet.
Novi:
Silahkan kalo ada yang mau menanggapi.
Affan:
Saya usul, semua korwil presentasi, baru dilanjutkan
diskusi
Pharma:
Kalau sekedar ritual organisasi, diselesaikan semua. Tapi kalau untuk pembelajaran, harusnya diskusi satu per
satu (diselesaikan satu per satu)
Anas:
Sepakat diselesaikan satu persatu.
Pharma:
Saya lihat ada banyak pembelajaran dari kasus Kalbar. Tapi
kalau mau digabung, bisa juga.
Novi:
Selanjutnya Korwil Bogor?
Pharma:
Satu-satu saja..
Novi:
Kita sepakat satu persatu. Masalah waktu no. 2. Yang penting pembelajaran yang didapat.
Pharma:
Sebelum saya bergaul dengan JKTI, saya buat sentra
tradisi sendiri...Hasilnya setelah saya menjabat Sekjen Sentra HAKI Tradisi,
saya bisa naik pesawat bolak-balik dalam rangka memfasilitasi. Dari catatan saya, kok nestapa bangat
pengurus HAKI tradisi. Dulu tiap kabupaten bisa sumbang ke saya 10 juta. Untuk inventarisasi ragam hias pada anggaran
per paket bisa sampai 30 juta. Belum anggaran untuk proses pengurusan hak. Dengan JKTI, mengapa begitu nestapa dalam
pendanaan? Harusnya kegiatan bisa dibiayai sendiri. Apa kurang sedekah/hadiah dari anggota untuk
Seknas?
Novi:
Ada 2 ide yang saya catat:
- Membuat
Sentra HKI Nasional. Mengapa kita
tidak membuat?
- Anggota
kurang menguasai isu HKI. Solusi,
bisa berguru pada Pak Rasdi
Anas:
Yang kami rasakan, komunikasi di jaringan kurang
lancar. Lembaga menuntut untuk fokus
pada program lembaga saja. Ada
kebingungan: apa yg mau dikerjakan JKTI Kalbar di lapangan? Misalnya di program beras merah, ini program
siapa? Peluang sebetulnya banyak, tapi
banyak yg lolos. Belum ada perencanaan
yang matang di tingkat JKTI Kalbar. Tapi
di lapangan kegiatan jalan di masing-masing lembaga. Masalahnya, apakah kegiatan masing-masing
lembaga bisa diklaim sebagai kegiatan JKTI?
Sebetulnya sudah ada kesepakatan, sejauh relevan dengan dengan isu JKTI
bisa diklaim.
Pharma:
Mengenai Sentra HKI Nasional, itu harus dikerjakan orang
khusus (fokus) karena pekerjaan berat.
Saya aja dulu butuh 5 staf untuk menjalakan Sentra HKI.
Pia:
Masalahnya karena ada kesibukan staf di lembaga
masing-masing. Tahun 2006
hanya 2 kali pertemuan karena saya sibuk di Dian Tama. Pertemuan baru ada kalo ada kegiatan yang
diikuti bersama seperti pameran. Mengumpulkan
5 lembaga anggota sangat sulit. Kedua,
di aturan adat Kalbar, 1 lembaga mengutus 2 orang untuk kegiatan JKTI
Kalbar. Soal sedekah/hadiah, itu tidak
berjalan. Peduli, semua peduli. Solusinya: kegiatan jaringan dilakukan di
masing-masing lembaga, lalu ada management fee untuk mengisi kas JKTI.
Pharma:
Saya kira penyebabnya karena kita tidak serius
mengerjakannya. Misalnya untuk ide sentra HKI, sudah ada tahapan kegiatan
standar. Kalau dijalankan itu kerja
konkrit.
NTB adalah satu-satunya daerah yang punya pejabat khusus
HKI yaitu Kasi HKI di Bappeda. Kalau
kita buat Sentra Haki Tradisi tingkat nasional, banyak masalah yang bisa kita
selesaikan. Misalnya konflik antar komunitas, karena di sentra HKI nasional ada
forum perundingan adat. Saya tidak tahu
ke depan bagaimana untuk JKTI. Pak Rasdi
sebagai begawan saya kira bisa melakukan itu.
Waspo:
Pertama, saya apresiasi dengan teman-teman Kalbar. Paling
tidak ada komunikasi antar anggota sehingga lebih solid. Kedua, menyambung Pharma, ide Pharma itu
suatu yang baru, belum pernah kami diskusikan. Walau sering kita baca, belum
kita singgung. Kita perlu diskusi untuk
memutuskan apakah ide sentra HKI nasional akan diambil JKTI atau tidak? Saya khawatir dan melihat masih ada
perbedaan.
Novi:
Ada tanggapan untuk teman Kalbar? Masalah yang saya
catat:
-
Komunikasi yang kurang lancar
-
Beban psikologis
-
Kesibukan di lembaga masing-masing
-
Hanya ada 1 orang kontak person di tingkat lembaga
Waspo:
Usul saya masalah terakhir bisa kita bicarakan saat ini.
Anas:
Share learning juga masih kurang dilakukan. Kita masih belum beranjak dari perjuangan melawan
perusahaan sawit.
Waspo:
Kita perlu mendiskusikan itu.
Novi:
Selanjutnya presentasi Korwil Jawa-Bali (Aziz):
Aziz:
Jawa dan Bali lebih nestapa lagi. Kami tidak ada uang kas. Tapi masih ada kegiatan yg berjalan, seperti
pameran. Kami sudah merancang satu
kegiatan, tapi tidak jalan.
Ide: membuat kegiatan bersama untuk memelihara
komunikasi. Karena kalo tidak ada
kegiatan bersama, komunikasi tidak akan
berjalan. Mungkin bentuknya seperti membuat proposal. Bukan hanya ada kontak person saja. Kalau tidak ada kegiatan bersama, sulit.
Rasdi:
Menanggapi Aziz, kalo di Kalbar kegiatan pameran yang
bisa menjadi pengikat kebersamaan. Di wilayah lain saya tidak tahu. Mungkin bisa dicari benang merah yang bisa
dijadikan pengikat supaya kegiatan jalan lebih baik. Kedua, tertarik pernyataan
Waspo soal perbedaan, bisa diperjelas?
Waspo:
Info dari Pharma soal Sentra HKI, itu sesuatu yang baru bagi saya. Kita perlu
pelajari lebih dalam: apakah itu jalur yang harus kita raih? Atau
jalur itu harus kita perbaiki? Ataukah kita akan mengembangkan alternatif
lain? Kenapa berbeda?
Karena saya merasa berbeda. Jalur sentra HKI itu jalur yang dikembangkan
pemerintah dengan menggunakan pendekatan rezim HKI. Bagaimana mengatasinya,
harus belajar dari
Pharma. Jalur ini kan perlu kita sandingkan dengan jalur
lain yaitu komunitas. Apakah mau
didiskusikan di forum ini atau saat diskusi isu strategis?
Rasdi:
Sentra Haki dicatat aja sebagai bahan penting untuk
didiskusikan.
Pharma:
Istilahnya Sentra Nasional HKI Tradisional. Yang
dilawan kan HKI-nya.
Novi:
Apakah kita menyelesaikan proses ini dulu atau seperti
apa.
Rasdi:
Kita catat aja.
Ide sentra Haki nanti kita bahas dalam agenda isu strategis.
Novi:
Mengenai soal ketakutan bahwa uang sebagai sumber
perpecahan bagaimana menyikapinya?
Waspo:
Kita perlu belajar dari cerita keledai sebagai binatang
yang bermanfaat untuk ketahanan pangan.
Novi:
Kita mau selesaikan Kalimantan kemudian break? Masih ada
waktu.
Waspo:
Bagaimana kalo dilanjutkan presentasinya.
Novi:
Untuk Wilayah Kalbar sudah cukup. Ada beberapa poin yang dicatat. Silahkan Aziz melajutkan untuk presentasi Wilayah
Jatim Bali.
2.
Presentasi
Korwil Jatim Bali (Aziz):
Aziz:
Anggota ada 13 lembaga, 7 anggota individu, ada 2 calon
anggota (Bina Wiyata, Air Putih).
Kegiatan JKTI Jatim-Bali (lengkapnya lihat file presentasi):
1. Penggalangan
gerakan JKTI yg terstruktur dan masif
a. Blogger “Lumbung
Kabar Sesasi“ . Harapan bisa ada
kegiatan bersama dari situ. Blog sempat
jalan selama 4 bln kemudian beralih fungsi menjadi TWN JKTI.
b. Sosialisasi JKTI ke media massa publik. Ada bantuan dari mas Hendri.
2. Advokasi
Kebijakan Haki Tradisional: ada rencana workshop, tapi terkendala pemahaman dan
keterbatasan info. Lokakarya belum
terlaksana. Expo belum terlaksana. Mas
Hendri di dewan kebudayaan Sidoarjo sudah melakukan Expo. Ada advokasi kasus petani pembenih jagung
bisi yang ditangani Kibar. Hasilnya
beberapa petani masuk penjara. Sulit
melawan PT Bisi.
3. Pengembangan dan penguatan
ekonomi lokal untuk menghilangkan ketergantungan sistem ekonomi global. Tidak ada kegiatan untuk poin ini.
Belum ada feed back yang diterima anggota dari JKTI. Ada
pertemuan di PPLH, Kaliandra, STPP Lawang.
Secara umum rencana belum berjalan baik, hasil belum signifikan. Mengenai keuangan saat ini saldo kami masih
nol. Masalah kami: komunikasi, kesibukan di lembaga, belum ada benang merah
untuk melakukan kegiatan bersama dalam wadah JKTI. Kegiatan yang sesuai agenda JKTI masih
dilakukan di masing-masing lembaga. Ada
tambahan dari Affan dan Sabar?
Affan:
Saya beberapa kali mengupayakan penyusunan
proposal kegiatan bersama, tapi hingga saat ini belum terealisasikan. Permasalahan di Jatim Bali sama dengan
wilayah lain, al: miskomunikasi.
Misalnya ada banyak anggota jaringan yang tidak datang saat ada
pertemuan wilayah. Kami pernah merencana
buat Galeri Haki dalam forum anggota wilayah, tapi masih sebatas wacana. Kami masih bingung bergerak kemana? Kami
belum tahu tahapannya mau kayak apa?
Aziz:
Ada 1 lembaga anggota (Yayasan Kaliandra) yang sudah
membuat galeri HKI, tapi itu bukan kegiatan jaringan. Galerinya ada di
Surabaya, Jl. Serayu.
Sabar :
Saya minta maaf karena lembaga kami tidak aktif di JKTI
Jatim. Kami ada kegiatan tapi bersifat
lokal, di daerah Lawang dan sekitarnya.
Untuk internal: peringatan hari besar mis. hari AIDS (pentas seni
tradisional).
Novi:
Ada kasus teman dari Bali yang ingin mengundurkan diri
karena merasa tidak berkontribusi untuk JKTI Jatim Bali. Mungkin ini bisa
dibahas. Bagaimana kita menyikapi ini?
Permasalahan JKTI Jatim Bali yang saya catat:
1. Kurang
komunikasi
2. Belum
ada kegiatan bersama sebagai pengikat
Aziz:
Ada titipan dari teman-teman PPLH Mojokerto mungkin bisa
kita diskusikan. Kegiatannya Pasamuan
Budaya Panji Internasional di PPLH Seloliman dan Candi Jolotundo. PPLH berniat menggandeng JKTI. Belum tahu bentuk kerjasamanya mau seperti
apa? Sebaiknya menjadi bahan diskusi
kita.
Pharma:
Kenapa Jatim Bali penting, karena kitab-kitab pujangga
banyak lahir di Jawa Timur, seperti Negarakertagama dll.
Waspo:
Apa saya bisa presentasi sekarang? Saya Cuma 5 slide.
Adik Pia:
Usul: JKTI/anggota menjalin kerjasama dengan Dinas
Terkait. Di Kalbar, kegiatan hanya antar
LSM belum melibatkan Dinas terkait, misalnya Dinas Pariwisata. Dengan begitu kita bisa mengakses dana dan
info dari Dinas.
Novi:
Bagaimana dengan permintaan Waspo untuk presentasi? Kita
terima, dipersilahkan
Waspo:
Terima kasih.
3. Presentasi
Korwil JKTI Jabar DKI (Waspo) à lihat presentasi power point
Waspo:
Anggota JKTI Jabar DKI: Elsppat, INRIK, BCI, YPBB,
beberapa individu (Novi)
Mengapa?
Tidak ada upaya-upaya khusus dari Korwil untuk mengundang
dan mengumpulkan anggota di wilayah.
Beberapa pembenaran, yang diduga menjadikan wilayah Jabar
DKI menjadi mandeg :
l
Sejak 2005 lebih banyak secara kelembagaan menjadi host bagi sekretariat nasional JKTI.
l
Staf Lembaga yang menjadi kontak untuk JKTI sudah keluar
dari lembaga dan belum ada proses transfer ke lembaga atau staf lain
ELSPPAT masih bersedia berkontribusi dan menjadi bagian
dalam jaringan
INRIK masih bersedia menjadi anggota (Pada FAN 2008 INRIK tidak bisa hadir karena
ada kegiatan di luar Bandung).
Novi ( individu) masih bersedia berkontribusi bagi
jaringan
Novi:
Waktu kita sudah lewat jauh. Diskusi mau dilanjutkan?
Ada beberapa persoalan yang saya catat:
-
JKTI melekat pada individu bukan pada lembaga
-
Ada ”tekanan” berupa kegiatan bersama,membuat anggota
jaringan bisa kumpul. Ketika tidak ada
kegiatan, jaringan tidak jalan.
Ok, sesi saya tutup.
Kita ketemu jam 8 mlm.
Comments
Post a Comment